Kamis, 15 Januari 2009

Film Radit dan Jani : perlu kontrol

Beberapa minggu lalu saat melintasi Batam menuju Tanjungpinang aku menonton Film Radit dan Jani yang disajikan di sebuah ferry. Beberapa hari kemudian sepulang ke Natuna, sebuah stasiun televisi swasta kembali menyuguhkan Film yang sama.

Film Radit dan Jeni yang menceritakan tentang sebuah kehidupan dua anak muda yang dimabuk cinta dengan menjalani kehidupan dengan gayanya sendiri. Diawal cerita, aku sudah bisa menebak alur cerita yang ditampilkan, mulai dengan kehidupan yang bebas, bir, rokok, dan kenakalan remaja. Saat nonton film ini, aku merasa berada pada dunia lain. Merasa di negara koboi.

Alur ceritanya keliatan diadopsi dengan kehidupan negara barat. Walaupun tak dipungkiri kehidupan tersebut juga banyak kita temui disekitar kita.

Yang menjadi ketidaktertarikanku akan film ini yaitu dalam film ini terlalu banyak menonjolkan pemeran utama, dibintangi Vino G Sebastian dan Fahrani, yang selalu mengumpat dengan kata-kata tidak etis (umpatan sudah menjadi hal yang biasa dalam keseharian) dan adegan menghisap dan menghembuskan asap rokok. Bukankah dengan menampilkan adegan rokok ditangan (tidak dengan menghisap dan menghembuskan asap rokok) pesan yang ingin disampaikan sutradara tersampaikan ke penonton?

Ataukah adegan merokok ( menghisap dan menghembuskan asap rokok ) tidak masuk kedalam kriteria yang harus disensor Badan Sensor Film kita ? Terutama ketika Film tersebut sudah disiarkan di Televisi yang nota bene ditonton semua umur.

Akhirnya filter utama yang paling ampuh ada pada kita sendiri, agar mampu menyerap apa yang baik bagi kita dan apa yang tidak baik kita untuk ditonton.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar